JIKA ANDA INGIN MELIHAT LEBIH LENGKAP ANDA HARUS MENUNJUNGI BLIG INI....

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Sabtu, 07 Desember 2013

Pengertian/definisi lingkungan keluarga


Anak selama hidupnya akan selalu mendapat pengaruh dari keluarga, sekolah dan masyarakat luas. Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama bagi anak yang memberikan tuntunan dan contoh-contoh bagi anak. Oleh karena itu lingkungan keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya mengembangkan pribadi anak. Di dalam lingkungan keluargalah tempat dasar pembentukan watak dan sikap anak.

Hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh Gunarsa (2009 : 5) bahwa lingkungan keluarga merupakan “lingkungan pertama yang mula-mula memberikan pengaruh yang mendalam bagi anak”. Dari anggota-anggota keluarganya (ayah, ibu dan saudara-saudaranya) anak memperoleh segala kemampuan dasar, baik intelektual maupun sosial.


Setiap sikap, pandangan dan pendapat orang tua atau anggota keluarga lainnya akan dijadikan contoh oleh anak dalam berperilaku. Demikian juga dengan pendapat Sadjaah (2002) yang mengemukakan bahwa “keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat memiliki nuclear family maupun extended family, yang secara nyata mendidik kepribadian seseorang dan mewariskan nilai-nilai budaya melalui interaksi sesame anggota dalam mencapai tujuan”.

Dalam hal ini berarti lingkungan keluarga sebagai lingkungan pendidikan yang pertama ini sangat penting dalam membentuk pola kepribadian anak. Karena di dalam keluarga, anak pertama kali mendapat pengetahuan tentang nilai dan norma.


Pendapat lainnya tentang lingkungan keluarga yaitu menurut Hasbullah (2008 : 38) yaitu “Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama dan utama bagi anak, karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapat didikan dan bimbingan. Dan dikatakan sebagai lingkungan yang utama karena sebagian besar dari kehidupan anak adalah di dalam keluarga.

Kemudian Barnadib (1999 : 120) mengemukakan “lingkungan keluarga yaitu lingkungan yang bertanggung jawab atas kelakuan, pembentukkan kepribadian, kasih sayang, perhatian, bimbingan, kesehatan dan suasana rumah. Dari lingkungan keluarga yang harmonis yang mampu memancarkan keteladanan kepada anak-anaknya, akan lahir anak-anak yang memliki kepribadian dengan pola yang mantap.


Dari uraian-uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa lingkungan keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama yang mempengaruhi perkembangan dan tingkah laku anak.

Di lingkungan keluarga anak mendapatkan perhatian, kasih sayang, dorongan, bimbingan, keteladanan dan pemenuhan kebutuhan ekonomi dari orang tua sehingga anak dapat mengembangkan segala potensi yang dimilikinya demi perkembangannya di masa mendatang.

Jumat, 06 Desember 2013

Faktor-faktor yang Mempengaruhi disiplin

Terbentuknya disiplin sebagai tingkah laku yang berpola dan teratur menurut Dolet Unaradjan (2003 : 28-31) dipengaruhi oleh :


  1. Keadaan Lingkungan Keluarga

  2. Keadaan sekolah

  3. Keadaan Masyarakat


Menurut Ekosiswoyo dan Rachman (2000), faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin, antara lain:




  1. Dari sekolah


    1. Tipe kepemimpinan guru atau sekolah yang otoriter yang senantiasa mendiktekan kehendaknya tanpa memperhatikan kedaulatan siswa. Perbuatan seperti itu mengakibatkan siswa menjadi berpura-pura patuh, apatis atau sebaliknya. Hal itu akan menjadikan siswa agresif, yaitu ingin berontak terhadap kekangan dan perlakuan yang tidak manusiawi yang mereka terima.

    2. Guru yang membiarkan siswa berbuat salah, lebih mementingkan mata pelajaran dari pada siswanya.

    3. Lingkungan sekolah seperti: hari-hari pertama dan hari-hari akhir sekolah (akan libur atau sesudah libur), pergantian pelajaran, pergantian guru, jadwal yang kaku atau jadwal aktivitas sekolah yang kurang cermat, suasana yang gaduh, dll.


  2. Dari keluarga, contohnya :


    1. Lingkungan rumah atau keluarga, seperti kurang perhatian, ketidak teraturan, pertengkaran, masa bodoh, tekanan dan sibuk urusannya masing-masing.

    2. Lingkungan atau situasi tempat tinggal, seperti lingkungan kriminal, lingkungan bising dan lingkungan minuman keras.






    Herbert J. Klausmeier (1975 : 427) mengemukakan bahwa “environmental factors often cited as influences upon student discipline behavior include : (1) the family situation, (2) the peer group, (3) television viewing, (4) the social-psychology climate of the school, and (5) teacher behaviors.” (faktor lingkungan yang mempengaruhi perilaku disiplin siswa meliputi : (1) situasi keluarga, (2) kelompok teman sebaya, (3) tontonan televisi, (4) iklim sosial di sekolah, dan (5) perilaku guru).


    Dari uraian yang telah dikemukakan maka dapat diketahui bahwa lingkungan keluarga mempengaruhi terbentuknya sikap disiplin pada siswa. Seperti yang dikemukakan oleh Oemar hamalik (2010 : 102) yaitu “situasi di dalam lingkungan keluarga besar pengaruhnya terhadap emosi, penyesuaian sosial, minat, disiplin dan perbuatan siswa di sekolah”. 


    Kemudian Syamsu Yusuf (2010:40) juga mengemukakan “lingkungan keluarga mempengaruhi perkembangan kemampuan anak untuk disiplin, toleran dan bertanggung jawab.” Jadi faktor utama yang mempengaruhi pembentukan sikap disiplin pada siswa adalah faktor lingkungan keluarga sebab lingkungan keluarga merupakan lingkungan pertama yang dikenal anak.




Rabu, 13 November 2013

Pengertian/definisi kehamilan


Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterin mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan.(Manuaba, IBG, 1998: 4).





Kehamilan Dibagi atas beberapa jenis yaitu :






  1. Kehamilan fisiologis


    Kehamilan fisiologis adalah Masa kehamilan dimulai dari ovulasi sampai lahirnya janin.Pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal danmenghasilkan kelahiran bayi cukup bulan melalui jalan lahir (Sarwono, P, 2002: 89).


  2. Kehamilan patologis, yang terdiri dari




    1. Komplikasi-komplikasi sebagai akibat langsung dari kehamilan


      • Hiperemesis

      • Pre eklampsia - eklampsia

      • Kehamilan ektopil

      • Perdarahan ante partum

      • Kelainan dan lamanya kehamilan

      • Kehamilan kembar

      • Penyakit serta kelainan plasenta dan selaput janin







    2. Penyakit dan kelainan yang tidak langsung berhubungan dengan kehamilan



      • Penyakit dan kelainan alat kandungan








      • Penyakit kardiovaskuler

      • Penyakit saluran nafas

      • Penyakit traktus digestivus

      • Penyakit endokrin (Sarwono, P, 2002: 275) 












©aroxx

Senin, 11 November 2013

Karakteristik Siswa pada MTs/SMP


Menurut Degeng dalam Asri Budiningsih (2003: 10), karakteristik siswa adalah aspek-aspek atau kualitas perseorangan siswa yang telah dimilikinya. 


Siswa sebagai input dari proses pendidikan memiliki profil perilaku maupun pribadi yang senantiasa berkembang menuju taraf kedewasaan (Abin Syamsuddin Makmun, 2004: 78-79). Perilaku dan pribadi siswa MTs/SMP sudah memasuki masa remaja. Hal ini dijelaskan lebih lanjut bahwa:




"Menurut Harold Alberty dalam Abin Syamsuddin Makmun (2004: 130) para ahli umumnya sependapat bahwa rentangan masa remaja itu berlangsung dari sekitar 11-13 tahun sampai 18-20 tahun menurut umur kalender kelahiran seseorang. Masa remaja terbagi menjadi dua, yaitu masa remaja awal (usia 11-13 tahun sampai 14-15 tahun) dan masa remaja akhir (usia 14-16 tahun sampai 18-20 tahun). Dengan demikian siswa MTs/SMP yang dijadikan subyek penelitian penulis termasuk dalam golongan masa remaja awal.



Dalam buku-buku psikologi perkembangan, berdasarkan usianya siswa MTs/SMP dimasukkan ke dalam kategori remaja awal, yaitu dengan usia berkisar antara 12-15 tahun. Menurut Sri Rumini, dkk. (1995: 37) karakteristik remaja awal diantaranya:




  1. Keadaan perasaan dan emosi

    Keadaan perasaan dan emosinya sangat peka sehingga tidak stabil. Staniey Hall menyebutkan: “storm and stress” atau badai dan topan dalam kehidupan perasaan dan emosi. Remaja awal dilanda pergolakan sehingga selalu mengalami perubahan dalam perbuatannya.

  2. Keadaan mental

    Kemampuan mental khususnya kemampuan berpikirnya mulai sempuna dan kritis (dapat melakukan abstraksi). Ia mulai menolak hal-hal yang kurang dimengerti. Maka sering terjadi pertentangan dengan orang tua, guru, maupun orang dewasa lainnya.

  3. Keadaan kemauan

    Kemauan dan keinginan mengetahui berbagai hal dengan jalan mencoba segala hal yang dilakukan orang lain. 

  4. Keadaan moral

    Pada awal remaja, dorongan seks sudah cenderung memperoleh pemuasan sehingga mulai berani menunjukkan sikap-sikap agar menarik perhatian.


Hakikat pembelajaran IPS


Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan program pendidikan yang berupaya mengembangkan pemahaman siswa tentang bagaimana manusia sebagai individu dan kelompok hidup bersama dan berinteraksi dengan lingkungannya baik fisik maupun sosial. Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial ataupun pengetahuan sosial bertujuan agar siswa mampu mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan sosial, yang berguna bagi kemajuan dirinya sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat (Saidihardjo, 2005: 109). 


Dari penjelasan diatas dapat penulis simpulkan bahwa 


Pendidikan Ilmu Sosial merupakan suatu program pendidikan pada siswa untuk mengenal dunia sosial yang ada di sekitar ligkungannya.


Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SMP/MTs mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sosiologi, dan Ekonomi. 


Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan (BSNP, 2006: 159).





Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:




  1. Mengenal konsep- konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lilngkungannya.

  2. Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

  3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai- nilai sosial dan kemanusiaan.

  4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global (BSNP, 2006: 159).


Hakikat IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial)


Hakikat IPS



Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan terjemahan dari (social studies).


Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) menurut Nursid Sumaatmajda (1984: 10) diartikan sebagai 


ilmu yang mempelajari bidang kehidupan manusia di masyarakat, mempelajari gejala dan masalah sosial yang terjadi dari bagian kehidupan tersebut”.

Artinya Ilmu Pengetahuan Sosial diartikan sebagai kajian terpadu dari ilmu-ilmu sosial serta untuk mengembangkan potensi kewarganegaraan. Di dalam program sekolah, Ilmu Pengetahuan Sosial dikoordinasikan sebagai bahasan sistematis serta berasal dari beberapa disiplin ilmu antara lain: Antropologi, Arkeologi, Geografi, Ekonomi, Geografi, Ekonomi, Sejarah, Hukum, Filsafat, Ilmu Politik, Psikologi Agama, Sosiologi, dan juga mencakup materi yang sesuai dari Humaniora, matematika serta Ilmu Alam.




Berdasarkan dari definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengajaran IPS merupakan studi terintregasi tentang kehidupan sosial dari bahan realita kehidupan sehari-hari dalam masyarakat. Adapun cakupan dari IPS pada MTs/SMP adalah meliputi bahan kajian geografi, sosiologi, ekonomi, serta sejarah. Mata pelajaran IPS di MTs/SMP mempelajari manusia dalam semua aspek kehidupan dan interaksinya dengan lingkungan di dalam suatu masyarakat.





Dengan demikian IPS memiliki peranan yang sangat penting yaitu untuk mendidik siswa guna mengmbangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan agar dapat mengambil bagian secara aktif dalam kehidupannya kelak sebagai anggota masyarakat dan warga negara yang baik, yaitu warga negara yang bangga dan cinta terhadap tanah airnya

Pengertian Lengkap Hakikat hasil Belajar


Menurut Nana Sudjana (2005: 3), Hakikat hasil belajar adalah perubahan tingkah laku individu yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.


Menurut Nana Sudjana (1989: 38-40), Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan.


Faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. 


Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Disamping faktor kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada faktor lain, seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.


Hasil belajar merupakan segala upaya yang menyangkut aktivitas otak (proses berfikir) terutama dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. 


Proses berfikir ini ada enam jenjang, mulai dari yang terendah sampai dengan jenjang tertinggi (Suharsimi Arikunto, 2003: 114-115). Keenam jenjang tersebut adalah:




  1. Pengetahuan

    Pengetahuan (knowledge) yaitu kemampuan seseorang untuk mengingat kembali tentang nama, istilah, ide, gejala, rumus- rumus dan lain sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya.

  2. Pemahaman

    Pemahaman (comprehension) yakni kemampuan seseorang untuk memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat melalui penjelasan dari kata- katanya sendiri.

  3. Penerapan

    Penerapan (application) yaitu kesanggupan seseorang untuk menggunakan ide- ide umum, tata cara atau metode- metode, prinsip- prinsip, rumus- rumus, teori- teori, dan lain sebagainya dalam situasi yang baru dan kongkret

  4. Analisis

    Analisis (analysis) yakni kemampuan seseorang untuk menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian- bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan diantara bagian- bagian tersebut.

  5. Sintesis

    Sintesis (synthesis) adalah kemampuan berfikir memadukan bagian- bagian atau unsur- unsur secara logis, sehingga menjadi suatu pola yang baru dan terstruktur.

  6. Evaluasi

    Evaluasi (evaluation) yang merupakan jenjang berfikir paling tinggi dalam ranah kognitif menurut Taksonomi Bloom. Penelitian disini adalah kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu situasi, nilai atau ide, atas beberapa pilihan kemudian menentukan pilihan nilai atau ide yang tepat sesuai kriteria yang ada (Anas Sudijono, 2005: 50- 52).





Pada pendidikan formal, semua bidang studi dan bidang pendidikan harus memanfaatkan dasar mental yang ada pada tiap anak untuk meningatkan kemampuan mentalnya kearah kematangan dan kedewasaan dalam arti seluas- luasnya. Oleh karena itu penyelenggara pendidikan dan pengajaran harus dilaksakan secara teratur, terarah, dan terencana sesuai dengan pengembangan dasar dan kemampuan mental anak, agar tujuan pendidikan dan pengajaran tercapai secara maksimal (Nursid Sumaatmadja, 2001: 2).


Dalam kegiatan belajar mengajar setiap guru selalu berusaha melakukan kegiatan pembelajaran secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran secara efektif disini dimaksudkan agar pembelajaran tersebut dapat membawa hasil atau berhasil guna, dan kegiatan pembelajaran secara efisien dimaksudkan agar pembelajaran tersebut dapat berdaya guna atau tepat guna baik di lingkungan sekolah maupun dalam kehidupan bermasyarakat.

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com