JIKA ANDA INGIN MELIHAT LEBIH LENGKAP ANDA HARUS MENUNJUNGI BLIG INI....

Minggu, 20 Oktober 2013

Pengembangan Karakter Bangsa Pada Pendidikan Karakter

Yang diharapkan adalah bangsa Indonesia yang memiliki SDM-cinta tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara, Pancasilais, rela berkoban, memiliki kemampuan untuk dapat mampu menjaga :


  1. Ketahanan bangsa yang diperlukan menghadapi ancaman Nasional di Era Globalisasi

  2. Kualitas SDM (Agamis-Nasionalis) yang dibutuhkan NKRI yang sedang mengalami “perkembangan” peradaban dan memiliki jatidiri dan moral religius tangguh

  3. Kebersamaan, menjunjung tinggi azas keadilan & kesetaraan, memegang komitmen, konsisten penuh tanggung jawab

  4. Mengutamakan kepentingan nusa dan bangsa, berpandangan luas ke depan dan peka terhadap kondisi dan situasi dengan menghargai waktu, bijaksana dan santun dalam bertindak serta keterbukaan yang berkepribadian (1) .


Yang kita saksikan sehari hari misalnya, siaran-siaran televisi kita pelit dengan acara yang mendorong produktivitas, kreativitas dan inovasi.

Di Indonesia televisi selalu menayangkan “belilah dan makanlah”. Sebaliknya di Korea televisi mengajarkan cara menanam pohon yang baik, jadi mengajarkan untuk lebih produktif. Hampir tak ada di televisi kita yang mendidik dan memberi penerangan tentang mengolah bumi, air dan kekayaan alam dalam paket-paket serial, bagaimana mengajari masyarakat pemirsa untuk memelihara, tidak mencemari dan merusak tanah air kita. Sebenarnya kepada televisi kita ditaruh harapan bangsa ini untuk berperan sebagai “agent of modernization, agent of expansion of people's capability and creativity“. Dengan kata lain, di samping sebagai hiburan dan sumber pemberitaan umum, kepada televisi diharap berperan sebagai “, agent of enlightenment and empowerment “ bagi bangsa ini ke arah terbentuknya budaya entrepreneurial, yaitu bekerja keras, beretos kerja produktif untuk mengawali suatu transformasi budaya ke arah kedepan dan kemajuan (7) .

Kondisi bangsa kita memang “sedang sakit”, banyak pemberitaan yang tidak seimbang, banyak berita terkait kejadian yang saling menghujat, membuka aib, saling menyalahkan, adanya tawuran, merebaknya Korupsi Kolusi Nepotisme, saling menyakiti, saling mencurigai dan lain-lain “dekadensi moral” telah merebak ke berbagai strata masyarakat. Oleh karena itu moral bangsa kita perlu ditata kembali, agar menuju ke arah “bangsa yang berbudaya” (8) .

Di Perguruan Tinggi, Pendidikan S-2, apalagi S-3 di Indonesia, khusus-nya bidang ilmu-ilmu sosial , dengan kurikulum dan silabus jauh dari tuntutan kemutahiran dan kecanggihan, tidak jarang silabusnya hanyalah sekadar pernak-pernik ceramah tamu, serba sederhana dengan para dosen penceramahnya yang kurang memiliki kompetensi intelektual yang patut dibanggakan. Namun mereka mudah berani melahirkan lulusan-lulusan penyandang mediokritas akademis-ilmiah. Bangsa dilumpuhkan oleh Kurikulum pendidikan,  dimana para siswa secara tidak langsung diarahkan untuk mempelajari mata pelajaran tertentu (matematika, bhs inggris, IPA) sehingga pengetahuannya tentang bangsa sendiri (geografis, sosial, budaya,sejarah) sangat minim. Nasionalisme dilumpuhkan dan dibuang, demi terciptanya “Negara tanpa Batas” yang fiktif. Krisis ekonomi sekarang ini terjadi juga krn adanya krisis budaya yg tidak mampu menggerakkan bangsa ini untuk menjadi bangsa yg mandiri. Oleh karena itu perlunya disusun strategi budaya untuk mengatasi masalah sosial kultural bangsa Indonesia. Masalah SDM sebagai kunci dari keberhasilan pembangunan perlu ditumbuhkan SDM yang beretos kerja ”virtue” berkarya terbaik dengan kerjakeras, disiplin, mandiri, kreatif, inovatif, berkeimanan yang tinggi dan nasionalis (9) .


Adapaun ciri-ciri negatif penghambat kemajuan karakter bangsa dari segi kajian ekonomis adalah antara lain :


    SDM masih malas, senang menikmati libur-libur panjang, manusia yang malas bukan lagi merupakan mitos tetapi sudah menjadi kenyataan

    • Bangsa masih tetap “boros”, contoh konkrit : Masyarakat banyak yang terkena Syndrome kemiskinan karena terlalu lama menderita, akibatnya sering berhutang untuk menutupi kebutuhannya. Change and Progress itu yang sebenarnya kita butuhkan

    • Bangsa Kuli yang mudah tunduk pada bangsa lain. Pada masa orde baru, presiden Suharto diteror oleh para ekonom yang menghendaki dibukanya pasar bebas (paham liberalisme).Yang membuka kesempatan bagi para investor asing untuk mengembangkan seluas2-nya bisnis di Indonesia. Efek negatif yang muncul bangsa kita semakin tertindas secara ekonomis oleh bangsa lain



0 komentar:

Posting Komentar

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com